![]() |
Tengku Mustafa Al-Bayuni, Penulis Kitab Najmul 'Aly (Hasyiah Syarah Al-Mahalli) |
Penulis: Tengku Mustafa | Penulis Kitab Najmul 'Aly | Editor: Martunis A. Jalil
Pada tanggal 4 Oktober 2023 yang lalu tepatnya 4 hari sebelum penulisan kitab Najmul 'Ali selesai, saya menulis beberapa lembaran Hasyiah ini di makam ayah saya. Hal ini saya lakukan sebagai tabarrukan dengan beliau.
Terimakasih ya Allah karena Engkau menjadikan ayah saya sebagai sebab saya masuk ke Dayah. Orang tua saya selalu menceritakan kisah hidup para ulama khususnya ulama Aceh. Bahkan cerita itu sejak saya masih usia sekolah dasar sampai saya sudah sekolah SMK.
Hari-hari kecil saya selalu diisi dengan cerita tersebut, ayah tidak bosan-bosannya dalam menceritakan itu kepada saya. Walau cerita itu cerita yang sama yang beliau ulang, namun saya tetap menjadi pendengar yang budiman.
Hari demi hari, berkat kisah-kisah dari ayah maka Dayah dan Ulama mulai terpatri dalam sanubari saya. Sejak tamat sekolah dasar sudah jazam (tekad) di hati bahwa suatu saat nanti saya akan menimba ilmu agama di Dayah.
Setelah masuk ke Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga baru saya tahu bahwa dengan sering mendengar atau membaca kisah para ulama memberi pengaruh besar terhadap kepribadian seseorang. Bahkan Imam Sufyan bin Uyainah pernah berkata "rahmat Allah akan turun saat kita merenungkan orang yang shaleh".
Saat saya masih menjadi santri, Ayah pernah bilang "drokeuh nyak wate ka 7 thon kabeut, kitab Mahalli beu jeut ka seumeubeut ( artinya: kamu nak jika sudah 7 tahun belajar di Dayah, maka kitab Syarah Mahalli kamu harus mampu mengajar). Mendengar itu saya tersentak dan menjawab: Ayah "kitab Mahalli itu sulit difahami, rasanya tidak mungkin kalau setelah 7 tahun saya mampu mengajar kitab tersebut".
Ayah pun melanjutkan, "kitab Mahalli kan sudah mulai belajar saat masuk tahun ke 5, bagaimana cara kamu belajar tapi tidak mampu kamu mengajar apa yang sudah kamu pelajari.
Sebenarnya kalau kita sudah belajar kitab tahun ke 2 di Dayah seharusnya tahun ke 3 kita sudah bisa mengajarkan kitab itu, kalau tidak bisa maka bagaimana kamu belajar? (patut dipertanyakan belajarmu itu). Perkataan Ayah itu terucap sekitar tahun 2010 silam. Ucapan itu menjadi "kawan saingan" cara berpikir saya untuk menggapai apa yang diingkan oleh beliau.
Saya tau kalau Ayah sangat bahagia jika saya bisa mengajar kitab apa saja dan saya juga ingin membahagiakannya. Saya juga tidak peduli kekurangan ekonomi saat itu untuk kebutuhan saya saat di Dayah. Saya siap menjalani kekurangan itu semua asal ayah bahagia.
Pernah suatu hari saya mau kembali ke Dayah, ayah tidak memiliki uang. Di saku saya hanya ada Rp40.000. Jumlah Itu pun hanya cukup untuk ongkos angkutan dari Bayu ke Samalanga.
Namum, keadaan itu tidak masalah bagi saya, Ayah bilang "nak.! ayah lagi tidak ada uang, ayah lagi sakit, sudah beberapa hari ayah tidak jualan". Alhamdulillah saya tetap optimis dan tidak mengeluh.
Sayapun berangkat dari rumah menuju jalan raya untuk menunggu angkutan. Satu jam lebih menunggu, tidak satupun angkutan yang muncul. Dan saya masih menunggu disitu, tiba2 ayah melewati saya karena hendak pergi ke kota Kecamatan untuk membeli obat.
Melihat saya masih di pinggir jalan, ayah berhenti dan bertanya " belum pergi nak"? Saya jawab belum Ayah, belum ada mobil angkutan, lalu Ayah memasukkan tangan ke saku celananya dan mengeluarkan satu koin uang seribu rupiah untuk diberikan kepada saya sambil mengatakan "ini nak uang yang ada, ambillah..!! ayah sungguh tidak punya uang Ayah sedang sakit".
Detik itu juga jiwa saya seakan ingin menangis sekeras-kerasnya, bukan karena nominal yang sedikit, tapi karena rasa haru yang mendalam saat melihat wajah ayah yang terpancar rasa sayangnya begitu besar dan menaruh harapan baik pada saya walau beliau tidak cukup materi sebagai dukungan untuk biaya hidup di Dayah. Meski demikian harapan besar saya cukup kasih sayang dan doanya.
Ayah, anakmu sekarang sudah menulis Hasyiah Mahalli. Ananda yakin jika ayahanda masih hidup ayah pasti sangat bahagia. Hasyiah ini saya persembahkan untukmu ayah dalam bentuk amal baikku yang mengakir kepadamu meskipun nanti aku sudah tiada.
Ya Allah ridhailah dan panjangkan umur ibuku sehatkan beliau dan ridhailah Almarhum Ayahku.
Maa syaa Allaah..
ReplyDeleteاللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه واجعل الجنة مثواه يا رب العالمين بجاه النبي الأمين
Amin
DeleteIngin mengukir jalan dan cerita yang sama tapi aku sadar Allah telah mentakdirkan jalan setiap hambany. Terimakasih guruku Tgk Mustafa albayuni semoga berkahmu terus mengalir kepada aku
ReplyDeleteAmin
DeleteMaha suci Allah atas segala firmannya
ReplyDeleteMasha Allah
ReplyDelete