2 Orang Adik dan Kisah Bertahan Hidup di Masa Mondok

Foto saya bersama keluarga 
Kisah Nyata: Martunis A. Jalil

Pada tahun 2016 lalu saya mulai jualan jaket dakwah Majelis Rasulullah SAW Jakarta. Awalnya saya beli untuk diri sendiri saat hadir maulid akbar bersama Habib Umar di masjid Istiqlal, Jakarta.

Kawan-kawan tertarik dengan jaket yang saya pakai. Mereka meminta bantuan saya untuk membelikannya. Setelah saya bantu mereka akhirnya semakin banyak orang lainnya ikutan memesan.


Disitulah awal mula saya terjun dalam "Bisnis Busana Muslim". Pada dasarnya saya bukan orang yang lahir dari keluarga dan lingkungan pembisnis, namun karena kepepet oleh keadaan minim ekonomi orang tua dalam pembiayaan saya di Dayah akhirnya sayapun mengambil peluang emas ini, yaitu menjual jaket Majelis Rasulullah SAW secara face to face.


Sambil belajar dan mengajar di Dayah MUDI Mesra Samalanga inilah kegiatan sampingan saya untuk biaya hidup di Dayah. Seletah mulai peningkatan, akhirnya saya nebeng lapak jualan di ruang pasien toko milik paman yang membuka toko obat dan jasa praktek medis di depan Dayah. Toko obat itu bernama RASI.


Akibat peningkatan jumlah dan pengunjung, saya pun mencoba membuka toko secara mandiri di Gampong Baro Samalanga (2019). Kemudian buka cabang toko baru di depan Dayah MUDI. Karena belum punya kemampuan dan skil mengelola dua toko sekaligus akhirnya memutuskan untuk fokus memilih toko depan Dayah dan memutuskan kontrak sewa di toko gampong baro.


Kemudian pada 2021 memutuskan pindah ke pusat pembelanjaan kota Santri Samalanga. Akibat perluasan jalan dan penggusuran maka harus pindah-pindah hingga tiga tempat. Alhamdulillah tepat pada Selasa, 17/10/23 kemarin, toko kembali di Ateuh Ren, jalan utama 2 jalur no 9 dari arah timur.



Kilas Balik


Saya mengenal maulid dan majelis Rasulullah ketika aktif mengelola even-even hari besar dan penerima tamu ulama nasional dan Internasional di Dayah saat menjabat ketua PHBI MUDI (2014-2015) dibinbing Abiya dan Walidi Pante Raja. Seiring dengan itu ibu saya sakit kangker dan saya harus ikut fokus merawat hingga ke RS Hasan Sadikin, Kota Bandung, Jawa Barat.


Selama lebih kurang empat bulan menghabiskan waktu di Jakarta-Bandung, saya mencari makam-makam habaib dan ulama. Sekaligus hadir ke majelis-majelis di Jakarta dan Bandung. Disanalah mulanya kisah jaket Majelis Rasulullah yang kita ceritakan diatas.


Pada 2017 ibu menghadap Allah dan pada 2022 Abi ikut menyusul (semoga Allah ampuni semua dosa keduanya). Saya berkesimpulan bahwa berkah yang amat besar dari perjalanan khidmat merawat orang tua serta bimbingan guru saat di Dayah.


Semoga Allah berikan kekuatan untuk saya supaya lebih kuat dan maju dalam hal yang positif. Kususnya bisnis yang sudah berjalan dengan segudang kisah dan cerita. Dan kini masih ada dua orang adik perempuan yatim piatu yang masih kecil mondok di Dayah Cot Trueng yang kini menjadi tanggung jawab kami kakak dan abangnya.


Post a Comment for "2 Orang Adik dan Kisah Bertahan Hidup di Masa Mondok"